Sesungguhnya keinginan menyerah itu sudah lama menancap hebat di kepalaku.
Di sisi lain begitu banyak faktor yang menahanku untuk menyerah, membuatku terus berjalan lalu melupakan tembok-tembok besar bernama 'halangan'.
Tak mudah bagiku untuk terus berjalan, tapi terngiang jelas pesan bapak soal 'impian'. Bahwa sesungguhnya menggapai impian itu seperti mendaku gunung, menanjak, tidak mudah tentunya.
Kubawa lalu kata-kata itu di dalam otakku, berharap semangatku tak akan redup.
Waktu berjalan kian cepat dan aku terjebak di dalam mimpiku. Sesungguhnya aku tersesat, mimpi itu tidak lagi jelas bagiku, aku tidak tahu, aku tidak tahu apa yang ingin kucapai sekarang.
Ironi.
Aku bahkan tidak mengingat apa yang ingin kucapai. Keadaan ini membuatku cukup tertekan. Mentalku kian memburuk, aku mudah merasa takut dan tidak percaya diri. Aku tidak lagi merasa bersemangat dengan apapun yang sedang aku kerjakan.
Keinginanku untuk menyerah kian besar, haruskah berhenti disini? Karena sesungguhnya rasa marahku terhadap diriku sendiri terlalu besar. Isi kepalaku berkali-kali membisiki untuk menyerah saja namun hatiku ingin untuk terus berjalan, menerjang apa yang ada di depan.
Ragu.
Aku ragu akan diriku sendiri.
Dan memang aku ingin menyerah, sungguh.
(notes from 30/07/13)
No comments:
Post a Comment
comments